“Saya yakin betul Ahok itu Psikopat, Tuhan aja dilawan
sama dia” begitu pernyataan Abraham Lunggana Wakil Ketua DPRD dalam sebuah
acara di Jakarta Pusat akhir Maret 2016 yang lalu.
Menurut Lulung, begitu Wakil Ketua DPRD dari Partai PPP
itu biasa disapa, ucapan Ahok tidak mengindahkan nilai kesopanan dan dia (Ahok)
mudah sekali mengumbar emosi, jika salah pun ia berani menantang Tuhan. Lulung
menyarankan kepada KPU agar melakukan test psikotest terhadap calon yang akan
maju dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017.
Tidak main-main, lulung bahkan siap mempertanggungjawabkan
jika pernyataannya ini kelak dipermasalahkan. Lulung menambahkan, ia telah
mendalami kesehatan jiwa Ahok dan meminta hasil pemeriksaannya ketika Ahok
masih berstatus calon gubernur DKI Jakarta tahun 2012 yang lalu. Lulung pernah diminta
mengajukan surat kepada IDI, Ikatan Dokter Indonesia terkait masalah ini. Namun
IDI menolak dengan alasan itu merupakan masalah pribadi.
“Sebagai Panitia Pansus kami membuat hak interplasi. Di
Pansus kami dibagi tugas, dua orang dari Partai Hanura pergi ke dokter. Dua
dokter mengiyakan” Ujar Lulung yang menjelaskan bahwa bukan dirinya yang bilang
Ahok psikopat melainkan dua dokter tersebut.
“Bukan aku, tapi kata dokternya, Orang-orang partai
Gerindra bilang aku” kata Lulung.
Bukti Bahwa Ahok Seorang Psikopat
Tanda-tanda bahwa Ahok psikopat terlihat saat Ahok
mengajukan Uji Materi Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah terkait dengan cuti
selama kampanye ke Mahkamah Konstitusi. Ternyata Ahok tidak cuti, selama
kampanye ia tetap bekerja untuk mengikuti rapat penyusunan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah 2017. Ahok berdalih jika ia tidak ikut rapat tersebut maka
akan membahayakan anggaran senilai kurang lebih Rp. 70 Triliyun. Lulung menilai
alasan Ahok tidak relevan dengan keadaan sebenarnya, dengan kata lain Lulung
menuduh Ahok tukang bohong.
“Sekarang dia takut apa ? Dia tidak merealisasi keinginan
rakyat. Tidak menyerap anggaran secara baik. Hari ini baru berapa persen, sudah
perubahan. Saya bilang tukang bohong” tegas Lulung.
Contoh lain dapat dilihat dari sepak terjang Gubernur DKI
Jakarta Basuki Tjahja Purnama alias Ahok pada kasus reklamasi Teluk Jakarta.
Lulung mengeluhkan kasus yang sudah terang benderang itu sampai saat ini masih
jalan di tempat. Lulung menuding penggusuran demi penggusuran yang di lakukan
Ahok sebagai orang nomor satu di Pemprov DKI murni demi kepentingan pengembang
reklamasi. Para korban penggusuran dengan alasan relokasi tersebut di tampung
di rumah susun yang kata sebagian orang cukup memprihatinkan. Yang lebih
penting kata Lulung semua sepak terjang Pemprov DKI di bawah kepemimpinan Ahok
di Back up oleh Media Massa.
Menariknya Rumah Susun tempat penampungan korban relokasi
itu bukan milik Pemprov DKI melainkan hasil kesepakatan Ahok dengan pengembang
reklamasi.
“Agar teman-teman tahu, apa sebab pak Rizal Ramli (mantan
Menko Kemaritiman) melakukan moratorium (reklamasi). Karena memang ada
persoalan kepatutan. Pemerintah kita tidak menjalankan norma dan etika. Kenapa
ada penggusuran ? sakit hati kita. Ini semata-mata pencitraan oleh seorang
gubernur”
Lebih lanjut Haji Lulung menjelaskan seluruh proses
reklamasi dilakukan tanpa payung hukum.sebab dua rancangan peraturan daerah
masih digodok DPRD DKI. Lulung menyebutkan kesepakatan yang terjadi antara Ahok
dengan pengembang seperti perjanjian preman “Diperas oleh pengembang untuk
minta tambahan 15% kontribusi ini pemerasan, dan saya bingung kenapa penegak
hukum diam saja”
Sayangnya pernyataan Abraham Lunggana selaku Wakil Ketua
DPRD DKI dari partai berlambang Ka’bah PPP bahwa Basuki Tjahja Purnama selaku
Gubernur DKI Jakarta adalah seorang psikopat tidak diamini oleh sebagian besar
Netizen. Komentar-komentar tidak enak justru mengarah pada Lulung sendiri. Bom
meletus ditangan sendiri, mungkin istilah itu cocok untuk Haji Lulung.
Namun demikian ada juga yang memberikan pernyataan yang
mengejutkan yang mengatakan bahwa Ahok lebih cocok jadi Gubernur Sosmed (Sosial
Media).
Tanggapan
Ahok disebut Psikopat oleh Lulung
Ahok ragu terhadap informasi Lulung yang menyebut dirinya
psikopat. Menurut Ahok dari hasil seleksi saat pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur DKI 2012 dirinya dinyatakan sehat jasmani dan rohani.
“Kan gue sudah bilang, gangguan jiwa gue masih pas
garisnya. Kalau udah lewat, gua tidak lolos jadi gubernur”
“Kalau Lu Bilang gua psikopat, jangan macam-macam sama
gua lu. Lu udah tau gua psikopat, kenapa berani godain gua?”
Ahok curiga pada Lulung, jangan-jangan Lulung salah
membaca hasil test kejiwaannya sendiri. “Gua curiga, ya, jangan-jangan Lulung
baca test kejiwaannya sendiri. Tapi, karena lagi benci sama gue, Abraham
Lunggana berubah menjadi Basuki Tjahja Purnama”
Keretakan hubungan antara Ahok dan Lulung diduga berawal
dari kisruh antara Ahok dengan DPRD DKI Jakarta dalam RAPBD DKI Jakarta 2015.
Masih terkait dengan RAPBD itu, pada tanggal 15 Maret 2015 diadakanlah rapat
Mediasi dan Klarifikasi Mengenai Evaluasi RAPERDA/APBD DKI Jakarta Tahun
Anggaran 2015 di Kantor Kemendagri. Rapat ini pun berakhir ricuh. Lulung yang
kata banyak orang wajahnya mirip Mail dalam film anak Upin dan Ipin emosinya
meluap-luap dalam kericuhan tersebut. Sebelum kejadian itu banyak orang menilai
antara Ahok dan Lulung sering terjadi pendapat yang berseberangan.
Kata-kata
Lulung terhadap Ahok Terbukti Benar
Pada
tanggal 14 April 2016 Abraham Lunggana alias Lulung alias Haji
Lulung berjanji akan mengiris telinganya jika Ahok berani menggugat BPK Badan
Pemeriksa Keuangan ke pengadilan terkait hasil audit pembelian sebagian lahan
RS Sumber Waras seluas 3,6 hektar yang nilainya mencapai Rp. 775 Miliar. LPH BPK untuk Provinsi DKI tahun 2014, BPK mengatakan ada indikasi kerugian
daerah sebesar Rp. 191 Miliar terkait dengan pembelian lahan tersebut.
“Kalau Ahok berani gugat BPK, bilang Ahok, gue potong
kuping gue. Haji Lulung minta dipotong kupingnya kalau dia berani menuntut BPK
ke pengadilan” kata Lulung sembari menarik telingan kanannya.
Terkait hasil audit BPK, tanggal 12 April KPK memanggil
Ahok untuk menjawab 50 pertanyaan dari Komisi Pemberantasan Korupsi. Ahok harus
menjalani pemeriksaan selama 12 jam dimulai pukul 09 pagi dan berakhir pukul 09
malam di kantor KPK.
“Saya berterima kasih kepada KPK, kalau tidak saya jadi
liar diluar, seakan-akan saya bersalah padahal apa yang disampaikan BPK itu
tidak masuk akal”
Ahok mengatakan BPK membandingkan harga pembelian Pemprov
DKI Jakarta dengan PT Ciputra Karya Utama. PT Ciputra membeli dengan harga
pasar, sedangkan Pemprov DKI membeli dengan harga NJOP (Nilai Jual Objek
Pajak).
“Dibanding harga pasar, NJOP lebih murah” begitu kata
Ahok
Awalnya tanah tersebut pernah akan dibeli oleh PT Ciputra
tahun 2013 dengan harga Rp. 15 Juta/Meter, waktu itu harga NJOP nya sebesar Rp.
12 Juta/Meter. Pada tahun 2014 Pemprov DKI membeli lahan tersebut sesuai harga
NJOP pada saat itu yakni seharga Rp 20.755.000/Meter atau naik sebesar 66% dari
harga NJOP tahun 2013.
Andai kata Ahok tidak bersalah atau dianggap tidak
bersalah dalam kasus pembelian lahan ini, Luhung tetap benar karena sampai saat
ini Ahok memang tidak pernah menggugat BPK. Yah walaupun sebenarnya kebenaran
seperti ini tidak terlalu berarti.
Kalau menurut saya harga tanah NJOP Rp. 20 Juta/Meter di
daerah Jakarta Barat masih masuk akal, yang tidak masuk diakal saya adalah
kenaikan harga tanah NJOP sebenar 66% hanya dalam waktu satu tahun saja.
Tanggal 25 Juni 2016 lagi-lagi Lulung berjanji akan
memotong kedua telinganya jika Ahok berani maju melalui jalur independen pada
pemilihan Gubernur DKI Jakarta mendatang. Waktu itu Ahok belum memberikan
pernyataan resmi mau memilih jalur independen atau lewat partai.
“Saya mau iris ini kuping saya, kalau dia (Ahok) berani
ke independen. Waktunya selama pendaftaran. Kalau di pendaftaran Ahok di jalur
independen nih, gua potong nih, sampai putus dua-duanya”
Ahok punya dua pilihan, mau jalur independen atau jalur
partai. Kalau Ahok memilih jalur independen 1 juta KTP sudah dikantonginya sebagai
syarat untuk maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta lewat jalur independen. Jika Ahok memilih jalur
Partai Politik, Partai Nasdem, Hanura, dan Golkar siap mendukung.
Tanggal 15 Agustus 2016 Ahok sesumbar bahwa ia memiliki
peluang lebih besar untuk menang jika maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta 2017
lewat jalur independen. Katanya, jika saya tidak lewat Parpol, orang yang tak
suka dengan partai politik akan memilih saya.
“Kalau saya masih independen, lawan semua Parpol itu
chance nya lebih besar. Sebab golput akan ikut saya”.
Tapi pernyataan Ahok diatas tampaknya hanya sesumbar
politik semata karena pada akhirnya ia tetap memilih jalur Parpol. Jika
demikian Ahok akan didukung Partai Golkar, Hanura, Nasdem. Ahok berdalih ketika
ia maju bersama Parpol maka kesempatan menang dengan partai lain menjadi sama.
“Semua calon chancenya jadi sama, begitu saya ikut partai
kesempatannya menjadi sama. Beda ketika saya independen.”
Tanggal 19 Agustus 2016 Ahok mengatakan sejak dulu ia
berani mencalonkan diri sebagai kepala daerah melalui jalur independen. “Tanpa
dukungan partai, saya sendiri saja berani” pernyataan itu diungkapkan oleh Ahok
terkait dengan pernyataan seorang reporter yang meminta konfirmasi tentang
pendekatan Ahok terhadap Djarot Saiful Hidayat adalah semata-mata untuk
mengajak Djarot kembali sebagai wakilnya bukan untuk meminta dukungan Partai
PDI-P.
“Saya tidak minta PDI-P dukung saya loh, saya minta
Djarot mau enggak ikut saya jadi wakil”
Lagi-lagi Lulung benar, kali ini saya berani sependapat
dengan Haji Lulung, Mailnya Indonesia ini. Ahok memang tidak akan berani maju
lewat jalur independen. Kalaupun ia maju lewat jalur perseorangan itu hanya
terjadi jika tidak ada Parpol yang mau mendukungnya.
Karena pernyataan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta terhadap
Ahok terbukti benar saya jadi berpikir jangan-jangan pernyataan Lulung yang
bilang kalau Ahok itu psikopat juga ada benarnya. Saya jadi tertarik untuk
terus menelusurinya, padahal tadinya saya hanya menganggap peryataan Lulung
tersebut hanyalah strategi perang politik semata. Dan akhirnya saya memutuskan
untuk sedikit mengetahui tentang apa itu psikopat.
Ada 18 ciri-ciri psikopat secara umum yang saya temukan :
1. Berbohong
adalah kegemarannya
2. Menganggap
dirinya hebat
3. Tidak
punya rasa penyesalan terhadap kesalahan/ kejahatan yang ia lakukan
4. Senang
melakukan kesalahan waktu kecil (bisa dibilang anak badung kali ya)
5. Anti
sosial, acuh tak acuh terhadap orang lain
6. Tidak
punya rasa Empati (orangnya tegaan)
7. Agresif,
suka menantang nyali dan berkelahi
8. Tidak
bisa mengendalikan diri /emosi
9. Mudah
marah bahkan terhadap hal-hal sepele
10. Mudah
menyerang orang karena hal sepele
11. Tidak
bertanggung jawab
12. Curang,
pandai bersandiwara
13. Tidak
memiliki reaksi normal terhadap rasa takut, seperti tangan berkeringat, jantung
berdebar, mulut kering, tegang, dan gemetar. Kata gampangnya “dingin”
14. Suka
memanfaatkan orang lain untuk kepentingan pribadinya
15. Cerdas,
biasanya paling cerdas diantara anak yang lain.
16. Banyak
tahu dan marah jika orang lain menyalahkannya. Merasa paling benar celakanya
anggapannya memang benar.
17. Argumennya
sering benarnya dan jarang sekali salah
18. Memiliki
perkiraan dengan akurasi tinggi, perkiraannya jarang sekali salah dan
kebanyakan memang benar atau benar semua.
Menurut anda mana dari ciri-ciri psikopat tersebut yang mendekati
Ahok ?
Kesimpulan, alangkah lebih bijak jika saya menyerahkan ini semua kepada yang lebih berhak. Ya, warga Jakarta lebih berhak memberi penilaian kepada Gubernur mereka sendiri. Warga Jakarta yang merasakan secara langsung bagaimana kehidupan mereka sebagai warga Jakarta selama dipimpin oleh mantan orang no. 1 di Bangka Belitung itu. apakah Kartu Pintar berjalan lancar, jalanan lancar atau malah sebaliknya lebih macet. Bagaimana dengan banjir di musim penghujan. Kondisi sungai. birokrasinya bagaimana, apa susah mengurus surat-surat ke Kelurahan, Kecamatan dan PEMDA ? semakin betah tinggal di Jakarta atau sebaliknya ? mau memilih Ahok lagi tahun depan atau tidak ? semua saya serahkan kepada yang lebih berhak, warga Jakarta Timur, Jakarta Utara. Jakarta barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Pusat.
Soal pernyataan Lulung yang bilang Ahok psikopat, saya rasa ini bukan etika berpolitik yang patut di teladani terlepas dari benar tidaknya pernyataan tersebut. Menyerang lawan politik di tengah publik bukan sesuatu yang patut ditiru oleh generasi bangsa. Terlebih Lulung berasal dari parti PPP, partai Islam. tanggung jawab moralnya bukan hanya sebatas anggota partai tetapi juga ia mengemban tanggungjawab untuk menjaga nama baik Islam. Terlebih pernyataan tersebut tidak memiliki bukti yang sangat kuat, dan kelak tidak terbukti kebenarannya sehingga menyebabkan bom meletus di tangan sendiri.