Pemuda yang sukses membuka tujuh pintu rezeki

04.17
Ada seorang pemuda sudah kepala tiga tapi belum menikah. Dia anak desa dan seluruh hidupnya dihabiskan di desa. Namanya Arman Maulana. Sungguh bagus namanya persis penyanyi top ibu kota. Tapi nasibnya sungguh berbeda. Kelas tiga SD Ayahnya meninggal, kelas lima SD ibunya menyusul kealam Barzah. Tinggallah Arman dengan adiknya yang masih berumur tiga tahun, Dewi Persik. Tak ada sepetak pun sawah yang diwariskan Ayahnya, karena dulunya ayahnya hanya bekerja sebagai kuli serabutan, kadang disawah Juragan Madura, kadang di kebun kelapa sawit milik Haji Muhidin dan kadang jadi kuli bangunan. Yang ada hanya sebuah rumah bambu berukuran kurang lebih tiga puluh meter.

Karena Dewi Persik masih kecil, salah seorang pemilik Panti Asuhan mengambilnya. Dewi biasa memanggil orang tua barunya itu om Dik Doang. Sedangkan Arman Maulana tetap melanjutkan sekolah di bantu oleh orang kaya paling dermawan di desa itu namnya Haji Mabrur. Syaratnya, sepulang sekolah Arman harus mau mengurus rumah Juragan Coklat itu sampai jam lima sore. Sebenarnya Arman cukup senang mengurus rumah mewah Milik Haji Mabrur, cuman untuk sampai disini dia harus melalui dua desa. Setiap hari kecuali hari Minggu, Arman membutuhkan setidaknya dua jam bolak balik dengan berjalan kaki dari rumahnya di desa A ke rumah Haji Mabrur di desa D. 

Akhirnya, setelah lulus Sekolah Dasar Arman Maulana memutuskan berhenti. Lalu ia meminta tolong kepada Haji Bambang agar mau menerimanya sebagai kuli serabutan. Awalnya Juragan Empang itu bingung mau memberi pekerjaan apa kepada bocah yang belum punya otot itu. Namun setelah berkonsultasi pada ustad Solmed, Haji Bambang akhirnya bersedia menerima Arman Maulana. Sebelumnya Haji Bambang sudah memesan sepuluh Ekor kambing Jantan dan sepuluh ekor kambing betina. Sudah sangat jelas nasib Arman selanjutnya yakni sebagai Penggembala kambing. Sedang bagi Arman sendiri, menjadi penggembala kambing ternyata sangat menyenangkan. Meski kadang ia rindu pada kedua orang tua dan adiknya.

Lepas tiga tahun, karir Arman sebagai penggembala kambing akan segera berakhir. Sebabnya, setelah ditinggal sang Istri yang wafat enam bulan lalu, sedang ke-dua putra-putrinya berkuliah di Jogyakarta. Haji Bambang memutuskan untuk pindah ke rumah Ibunya di Nusa Tenggara Barat. Bukannya Haji bambang tidak mengajak Arman, tapi Arman sendiri yang tidak mau meninggalkan rumah peninggalan Ayahnya. Disamping itu ia juga tidak ingin semakin jauh dari adiknya. Kepergian Haji Bambang yang sudah ia anggap sebagai orang tuanya sendiri meninggalkan kesedihan yang sangat dalam bagi Arman. Satu-satunya pelipu lara adalah hadiah yang diberikan Haji Bambang sebelum pergi, hadiah itu sungguh berkesan dan sangat berharga : satu ekor kambing Jantan dan satu Ekor kambing betina. 

Setelah lulus sekolah menengah pertama Arman tidak bisa melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas. Selain terkendala biaya jarak sekolahnya sangat jauh. Lagipula, setelah kepergian Haji Bambang, Arman masih tak tahu harus meminta pekerjaan pada siapa lagi. Anak-anak lain seangkatan dengan Arman banyak juga yang tidak sekolah, alasannya tidak begitu jauh berbeda. Belakangan ini Arman hanya menyibukkan diri dengan mengurus sepasang kambing hadiah dari Juragan Empang. Sambil sesekali mengenang nasib hidupnya. Sempat terpikir olehnya untuk mengikuti ajakan Pasha yang esok lusa berangkat ke Jakarta. Tapi ia sungguh tidak mau jauh meninggalkan adiknya. Di desa ini, paling tidak setiap hari Minggu ia bisa berkunjung ke panti asuhan milik Om Dik Doang. Kalau ia tinggal di Jakarta, tak mungkin lagi ia melakukan hal yang sama.
Lima belas tahun kemudian…………………

Hari-hari berlalu hingga suatu ketika Haji Muhidin teringat sesuatu tentang almarhum pak Dede Ayah Arman Maulana. Hari itu juga Haji Muhidin berangkat ke rumah Arman, kalau sudah menyangkut amanah Haji Muhidin tidak pernah mau menunda-nunda. Mungkin kebiasaan baik itulah yang melanggengkan kesuksesannya sampai saat ini. Meski sempat tersesat beberapa kali, akhirnya Haji Muhidin sampai di rumah Arman. Kedatangannya di sambut ramah oleh tuan rumah. Teh manis hangat dan buah jambu yang masih segar telah tersedia di atas meja. Namun Haji Muhidin tampaknya tidak terlalu tertarik, ia masih sibuk dengan isi kepalanya. Arman memandang tamunya yang terlihat seperti sedang mengingat sesuatu. Lalu…..

“Begini nak…hmmm”
“Arman pak Haji”
“Ya, begini nak Arman”
Arman mendekatkan pendengarannya lekat-lekat, namun wajahnya ia tundukkan.
“sebelum ayahmu meninggal, beliau sempat menitipkan amanah kepada saya”
Haji Muhidin meletakkan sebuah amplop diatas meja, ia sisipkan diantara gelas dan piring wadah buah jambu.
Hening melanda ruangan itu, Arman hanya mampu memandangi amplop itu tanpa sedikit menyentuhnya.
“Ambillah nak, dan jika kau tidak keberatan saya pun ingin mengetahuinya”
Tangan Arman gemetar, seakan berat sekali rasanya ia mengangkat tangan sekedar meraih amplop kumal itu.
Disobeknya pelan-pelan amplop itu pada bagian pinggir, dan dengan sedikit perasaan ragu ia mulai membaca. Tiba-tiba saja ia menangis, air matanya mengalir tak mampu ia membendungnya.
Sebenarnya Haji Muhidin tahu Almarhum pak Dede Ayah Arman memiliki kebun pohon Jati. Sebab kebun itu adalah hasil jual beli antara dirinya dengan Almarhum pak Dede sewaktu masih bekerja dengannya. Yang ia tidak habis pikir kenapa anaknya sendiri tidak tahu, sampai akhirnya ia maklum juga. Mungkin Almarhum pak Dede punya alasan tertentu.
“Sebelumnya saya minta maaf kepada nak… hmmm”

“Arman pak Haji”

“Ya, nak Herman ooo nak Arman, amplop ini seharusnya saya berikan kepada Almarhum bu Gigi. Kalau nak Herman tidak keberatan saya ingin mengajak nak Herman melihat kebun Pohon jati itu besok pagi”
“Apa pak Haji tahu letak kebun itu ?”
“Tentu saya tahu nak, kebun itu dulunya milik saya, tapi karena almarhum ayah mu meminta dengan sangat, dengat sangat terpaksa saya menjualnya”.
Arman menunduk semakin dalam.

Pagi-pagi sekali Arman sudah berangkat kerumah Haji Muhidin. Demikian juga dengan haji Muhidin, sudah setengah jam ia duduk diberanda tak sabar menunggu Arman muncul di depan rumahnya. Yang ditunggu akhirnya muncul dengan keringat di seluruh tubuhnya dan semangat pagi terpancar jelas dimatanya meski tak tampak senyum dipipinya. Begitu melihat Arman, Haji Muhidin langsung memerintahkan pak Sudirman agar segera berangkat. Berangkatlah ketiganya dengan mengendarai mobil Off Road. 

Butuh waktu dua jam untuk sampai di kebun yang dipenuhi dengan pohon jati yang berjejer, layaknya pilar-pilar yang kokoh pohon jati itu tampak gagah mencengkram bukit. Kebun ini sebenarnya tidak terlalu luas, tapi adanya pohon jati didalamnya yang notabene sudah berumur puluhan tahun membuat kebun ini seperti tambang emas yang tak perlu gali lagi. Karena emasnya terpampang jelas didepan mata.
“Tahukah kau nak Arman, satu batang pohon Jati ini harganya tak kurang dari sepuluh juta rupiah ?”
Arman memandang wajah lawan bicaranya lamat-lamat. Sedang Haji Muhidin pandai membaca wajah Arman yang keheranan seolah tak percaya apa yang ia dengar. Haji Muhidin melepas senyum bijak pada wajah polos didepannya.
“Dan saya kira jumlah pohon jati di kebun kecil ini tidak kurang dari empat ratus batang pohon, dan semunya berkualitas baik”
Keringat dingin mulai mengkristal di kening Arman, pikirannya bekerja keras berusaha menghitung berapa kira-kira kekayaannya jika kebun ini diuangkan.

“Kesuburan tanah kebun ini sungguh luar biasa, itu sebabnya saya enggan menjual kebun ini kepada pak Dede, hingga kisah itu terjadi”
Mata Haji Muhidin menerawang jauh ke masa lalu, sementara pak Sudirman sibuk menyibak ranting pohon untuk membuat jalan dengan parangnya yang panjang.
“Kisah apa itu pak Haji”
“Jika ada waktu dan kesempatan, saya akan menceritakan kisah ini pada nak Arman. Sekarang cukup nak Arman tahu, alasan kenapa saya rela menjual kebun ini kepada almarhum Ayah kau tidak lepas dari kisah itu”

Arman tidak serta merta membabat kebun itu untuk menjadikannya kaya mendadak. Lagipula jumlah kambingnya kini sudah hampir cukup untuk memenuhi janjinya pada Juragan Tukul. Di hari pertama ia mengetahui keberadaan pohon jati itu ia hanya menjual satu pohon saja. Dan ia menerima uang dua belas juta rupiah, uang itu ia bagi kepada adiknya Dewi Persik sebagai orang yang berhak yang sudah menikah seminggu yang lalu. Lalu ia memberikan hadiah kepada Haji Muhidin dan pak Sudirman masing-masing sepasang sepatu. Haji Muhidin dan pak Sudirman langsung tertawa senang begitu memakainya. Tak lupa Arman mengirimkan hadiah pada Ustad Solmed yang memberinya motivasi agar tetap sabar menjalani masa-masa galau yang seolah tak kunjung usai, juga rahasia yang merubah hidupnya seperti sekarang ini. Juga kepada om Dik Doang yang dengan tulus merawat adik perempuan satu-satunya. 

Sebulan kemudian, Arman menebang beberapa pohon lagi sebagai mahar pernikahannya dengan sang kekasih Chelsea Olivia. Bertahun-tahun hubungan asmara Arman dengan Chelsea Olivia dirundung masalah ekonomi hingga hubungan mereka urung lanjut kepelaminan. 

Satu tahun sebelumnya………………

Suatu sore, ditengah kegalauan yang memuncak, Arman mendatangi ustad Solmed. Ustad solmed yang kebetulan lagi sendiri langsung menyambutnya dengan ramah meski wajah tamunya kurang bersahabat.
“Wahai anak muda, ada kabar dahsyat apa yang membuatmu datang kemari, sungguh tidak biasanya, ini sebuah kejutan yang patut dirayakan. Andai rakyatku ada disini akan kuperintahkan mereka semua untuk membuat pesta demi menyambut tamu istimewa ini. Sayang mereka sedang bekerja disawah masing-masing”
Pujian ustad Solmed tak sedikitpun membuat wajah Arman berubah.
“Aku tak membawa kabar apa-apa, aku hanya ingin bertanya”
“Silahkan kau tanyakan, segala persoalan akan saya usahakan”
Ustad Solmed duduk bersila sambil mengelus dada.

“Kenapa Tuhan menciptakan siang dan malam, panas dan dingin, suka dan benci, kaya dan miskin, lelaki dan wanita dan kenapa….”

Hening, suara Arman tercekat, ia menunduk dalam. Sedang ustad solmed memandang lelaki didepannya entah dengan perasaan bagaimana.

“Kenapa Tuhan menciptakan perasaan diantara keduanya”

“Maksudmu diantara lelaki dan perempuan ?”

Dengan pandangan yang masih melekat ke lantai, Arman mengangguk.
“Tidakkah kau senang dengan perasaan itu anak muda ?”
Arman mengangkat kepalanya, ia sepertinya kaget. Tak menduga pertanyaan semacam itu dilemparkan kepadanya. Dan tentu saja ia tak tahu bagaimana hendak menjawabnya. 
“Tidakkah ia juga senang dengan perasaan itu ?”
Arman memandang ustad Solmed lamat-lamat, tak mampu ia menyembunyikan rasa heran pada orang yang seakan tahu tentang masalah yang membebaninya. Dan memang ustad Solmed tahu meski tidak begitu detil karena hanya Tuhan yang tahu segalanya, sedetil-detilnya.
---------------
Chelsea Olivia adalah kembang desa yang di taksir Arman semenjak ia bekerja pada Juragan Tukul Arwana. Chelsea Olivia sendiri tidak lain dan tidak bukan adalah putri pertama dan terakhir Juragan Tukul. Karena hubungan Arman dengan Chelsea terendus Oleh Juragan kain batik itu, Arman tak sempat merayakan ulang tahun pertamanya sebagai kuli batik milik Juragan Tukul. Ia dipecat di bulan ke tujuh. Ia dipecat secara tidak hormat. Ia dipecat karena sudah berani memacari anak Juragan sendiri. 

“Sungguh lancang” Bentak Juragan Tukul penuh amarah

Sejak saat itu Juragan Tukul membawa putrinya jauh dari desa. Ia menitipkan Chelsea pada saudaranya yang tinggal di Medan. Arman dan Chelsea berhasil dipisahkan. Tapi hanya raga mereka yang berpisah, hati keduanya tetap terpaut. Dan justru karena hati mereka masih terpaut diri dua muda mudi yang dimabuk asmara itu sering menderita karena rindu. Arman yang sejak kecil sudah bernasib malang, keinginan bertemu dengan kekasih tercinta membuatnya semakin merana.

Chelsea mendapatkan gelar S1-nya di Universitas Sumatera Utara (USU) empat tahun kemudian. Lalu pulanglah ia ke desa. Kabar itu disambut riang gembira oleh Arman. Dan entah keberanian apa yang membawanya datang tanpa membawa apa-apa ke rumah Juragan tukul. Ketika ditanya ia menjawab maksud kedatangannya ingin melepas rindu dengan putri Juragan yang ia cintai sepanjang zaman. Kata Arman lagi, disaksikan oleh keluarga besar Chelsea Olive ia ingin melamar putri pengusaha kain batik itu. Juragan tukul tak kuasa menahan diri demi mendengar kalimat Arman. Juragan batik bertubuh tinggi dan berambut cepak itu tertawa terbahak-bahak disamping istri dan anaknya. Sejurus kemudian ia terdiam, ia memandang Arman dengan pandangan merendahkan. 

“Begini saja, aku akan membiarkan kau menikahi putriku dengan syarat….”

Juragan Tukul terdiam lagi, hening, semua orang menunggu kata-kata Juragan Tukul selanjutnya.
“Kau harus memberi mahar yang layak untuk putriku, yakni dua puluh empat gram emas dua puluh empat karat. Selain itu kau harus bisa membuat pesta yang meriah jangan sampai aku malu pada kolega-kolegaku dari Kota, paling tidak kau harus menyediakan tiga ekor kerbau. Bagaimana ? ah sudahlah, saya tak ingin membebanimu dengan pekerjaan yang hanya bisa kau lakukan dalam hayal Ha...”

“AKU SANGGUP”

Teriak Arman lantang membuat Juragan Tukul tercekat tawanya. Tawa yang tercekat itu rasanya seperti menelan duri ikan bagi Juragan Tukul. Kumisnya bergetar hebat, sebenarnya bibirnya yang membuatnya demikian. Mata merahnya mengawasi punggung Arman yang sudah berbalik arah meninggalkan tempat itu.
---------------------
Ustad Solmed memberikan tujuh rahasia agar Arman bisa menyanggupi persyaratan yang diberikan Juragan Tukul. Namun pertama sekali Ustad Solmed meminta Arman berjanji agar selalu memelihara sholat. Selanjutnya Ustad solmed memberitahu Arman satu kunci yang harus ia pegang kuat-kuat yakni Sabar. Kemudian Ustad Solmed memotivasi Armad lewat kisah orang sholeh yang sukses di jamannya seperti kisah nabi Yusuf ‘Alaihissalam. Kisah Nabi Yusuf ketika kecil tidaklah jauh berbeda dengan Arman. Saudara nabi Yusuf yang berjumlah sepuluh orang membuang nabi Yusuf kedalam sumur. Alhamdulillah Tuhan Yang Maha Pemurah menyelamatkan nabi Yusuf dari maut. Seseorang menemukan nabi Yusuf didalam wadah air saat menarik wadah air tersebut dari dalam sumur. Selanjutnya nabi Yusuf dijual hingga ia jauh dari ayahnya nabi Yaqub. 

Dan tibalah saatnya Ustad Solmed membeberkan rahasia itu. Rahasia pertama adalah amalan berbakti kepada kedua orangtua, agar rezeki dan kesuksesan bisa diraih. Rahasia kedua adalah amalan Sholat Tahajjud, agar do’a mudah sampai kepada Allah. Rahasia ketiga adalah amalan Sholat Dhuha, agar rezeki yang didapat menjadi berkah. Rahasia keempat adalah amalan Membaca Surat Al-Waaqi’ah, agar pintu kekayaan terbuka luas. Rahasia kelima adalah amalan Puasa Senin-Kamis, agar rezeki datang segera. Rahasia keenam adalah amalan Sedekah, agar rezeki berlipat ganda. Rahasia terakhir adalah amalah silaturahim, atau menjaga hubungan baik dengan keluarga dan saudara sesama muslim, agar pintu rezeki terbuka dan umur bertambah. 

Begitulah Arman Maulana memperbaiki sholatnya, mengamalkan semua amalan dengan tertatih-tatih. Akan halnya amalan berbakti kepada kedua orang tua, Ustad Solmed menganjurkan agar selalu mendo’akan kedua orang tua Arman Maulana. Bila Arman lelah dan bosan, kisah nabi Yusuf cukup sebagai penghiburnya. Dan ia selalu ingat, kunci yang harus ia pegang kuat-kuat yaitu Sabar.
Setahun berlalu, hari-hari terasa begitu cepat bagi Arman. Sebenarnya ia masih bisa menunggu satu sampai dua tahun lagi untuk memenuhi janjinya pada Juragan Tukul sambil mengumpulkan kambing-kambingnya yang semakin hari semakin giat berkembang biak. Saking banyaknya kambing-kambing itu Sampai-sampai ia tidak lagi mampu mengurusnya sendiri tidak juga berdua melainkan berlima. Satu pengembala membawa 42 ekor kambing. Tapi disinilah ia sekarang, diantara ratusan pohon jati yang tingginya bagai menjulang langit. Satu dua batang pohon telah berhasil ia tebang sebagai mahar sekaligus untuk memenuhi janjinya pada Juragan Tukul. Sebentar lagi Arman akan segera tahu buah kesabaran itu begitu manis rasanya.

Tapi cerita ini cukup disini saja, biar jodoh Arman tetap menjadi rahasia Tuhan. Kita cukup tahu bagaimana sekarang kehidupan pemuda desa berumur kepala tiga itu. Lagipula Arman sendiri sudah melupakan masa galaunya, seolah tak pernah terjadi dikehidupannya. Kini ia lebih pandai memaknai hidup, semakin bersyukur semakin murah rezekinya. Akan halnya dengan Chelsea Olivia, ia sepenuhnya menyerahkan semuanya kepada Yang Maha Kuasa. Meski mahar itu kini ada ditangannya dan saat-saat itu terasa begitu dekat olehnya. Ia hanya meyakini satu hal, apa saja yang akan terjadi esok hari, akan tetap manis bagi dirinya. Bagi imannya. Selesai............................







Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar

Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
  • © 2015 Simple SEO ✔