Karena Dewi Persik masih kecil, salah seorang pemilik
Panti Asuhan mengambilnya. Dewi biasa memanggil orang tua barunya itu om Dik
Doang. Sedangkan Arman Maulana tetap melanjutkan sekolah di bantu oleh orang
kaya paling dermawan di desa itu namnya Haji Mabrur. Syaratnya, sepulang
sekolah Arman harus mau mengurus rumah Juragan Coklat itu sampai jam lima sore.
Sebenarnya Arman cukup senang mengurus rumah mewah Milik Haji Mabrur, cuman
untuk sampai disini dia harus melalui dua desa. Setiap hari kecuali hari
Minggu, Arman membutuhkan setidaknya dua jam bolak balik dengan berjalan kaki
dari rumahnya di desa A ke rumah Haji Mabrur di desa D.
Akhirnya, setelah lulus Sekolah Dasar Arman Maulana
memutuskan berhenti. Lalu ia meminta tolong kepada Haji Bambang agar mau
menerimanya sebagai kuli serabutan. Awalnya Juragan Empang itu bingung mau
memberi pekerjaan apa kepada bocah yang belum punya otot itu. Namun setelah
berkonsultasi pada ustad Solmed, Haji Bambang akhirnya bersedia menerima Arman
Maulana. Sebelumnya Haji Bambang sudah memesan sepuluh Ekor kambing Jantan dan
sepuluh ekor kambing betina. Sudah sangat jelas nasib Arman selanjutnya yakni
sebagai Penggembala kambing. Sedang bagi Arman sendiri, menjadi penggembala
kambing ternyata sangat menyenangkan. Meski kadang ia rindu pada kedua orang
tua dan adiknya.
Lepas tiga tahun, karir Arman sebagai penggembala kambing
akan segera berakhir. Sebabnya, setelah ditinggal sang Istri yang wafat enam
bulan lalu, sedang ke-dua putra-putrinya berkuliah di Jogyakarta. Haji Bambang
memutuskan untuk pindah ke rumah Ibunya di Nusa Tenggara Barat. Bukannya Haji
bambang tidak mengajak Arman, tapi Arman sendiri yang tidak mau meninggalkan
rumah peninggalan Ayahnya. Disamping itu ia juga tidak ingin semakin jauh dari
adiknya. Kepergian Haji Bambang yang sudah ia anggap sebagai orang tuanya
sendiri meninggalkan kesedihan yang sangat dalam bagi Arman. Satu-satunya
pelipu lara adalah hadiah yang diberikan Haji Bambang sebelum pergi, hadiah itu
sungguh berkesan dan sangat berharga : satu ekor kambing Jantan dan satu Ekor
kambing betina.
Setelah lulus sekolah menengah pertama Arman tidak bisa
melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas. Selain terkendala biaya jarak sekolahnya
sangat jauh. Lagipula, setelah kepergian Haji Bambang, Arman masih tak tahu
harus meminta pekerjaan pada siapa lagi. Anak-anak lain seangkatan dengan Arman
banyak juga yang tidak sekolah, alasannya tidak begitu jauh berbeda. Belakangan
ini Arman hanya menyibukkan diri dengan mengurus sepasang kambing hadiah dari
Juragan Empang. Sambil sesekali mengenang nasib hidupnya. Sempat terpikir
olehnya untuk mengikuti ajakan Pasha yang esok lusa berangkat ke Jakarta. Tapi
ia sungguh tidak mau jauh meninggalkan adiknya. Di desa ini, paling tidak
setiap hari Minggu ia bisa berkunjung ke panti asuhan milik Om Dik Doang. Kalau
ia tinggal di Jakarta, tak mungkin lagi ia melakukan hal yang sama.
Lima belas tahun kemudian…………………
Hari-hari berlalu hingga suatu ketika Haji Muhidin
teringat sesuatu tentang almarhum pak Dede Ayah Arman Maulana. Hari itu juga
Haji Muhidin berangkat ke rumah Arman, kalau sudah menyangkut amanah Haji
Muhidin tidak pernah mau menunda-nunda. Mungkin kebiasaan baik itulah yang
melanggengkan kesuksesannya sampai saat ini. Meski sempat tersesat beberapa
kali, akhirnya Haji Muhidin sampai di rumah Arman. Kedatangannya di sambut
ramah oleh tuan rumah. Teh manis hangat dan buah jambu yang masih segar telah
tersedia di atas meja. Namun Haji Muhidin tampaknya tidak terlalu tertarik, ia
masih sibuk dengan isi kepalanya. Arman memandang tamunya yang terlihat seperti
sedang mengingat sesuatu. Lalu…..
“Begini nak…hmmm”
“Arman pak Haji”
“Ya, begini nak Arman”
Arman mendekatkan pendengarannya lekat-lekat, namun
wajahnya ia tundukkan.
“sebelum ayahmu meninggal, beliau sempat menitipkan
amanah kepada saya”
Haji Muhidin meletakkan sebuah amplop diatas meja, ia
sisipkan diantara gelas dan piring wadah buah jambu.
Hening melanda ruangan itu, Arman hanya mampu memandangi
amplop itu tanpa sedikit menyentuhnya.
“Ambillah nak, dan jika kau tidak keberatan saya pun ingin
mengetahuinya”
Tangan Arman gemetar, seakan berat sekali rasanya ia
mengangkat tangan sekedar meraih amplop kumal itu.
Disobeknya pelan-pelan amplop itu pada bagian pinggir,
dan dengan sedikit perasaan ragu ia mulai membaca. Tiba-tiba saja ia menangis,
air matanya mengalir tak mampu ia membendungnya.
Sebenarnya Haji Muhidin tahu Almarhum pak Dede Ayah Arman
memiliki kebun pohon Jati. Sebab kebun itu adalah hasil jual beli antara
dirinya dengan Almarhum pak Dede sewaktu masih bekerja dengannya. Yang ia tidak
habis pikir kenapa anaknya sendiri tidak tahu, sampai akhirnya ia maklum juga.
Mungkin Almarhum pak Dede punya alasan tertentu.
“Sebelumnya saya minta maaf kepada nak… hmmm”
“Arman pak Haji”
“Ya, nak Herman ooo nak Arman, amplop ini seharusnya saya
berikan kepada Almarhum bu Gigi. Kalau nak Herman tidak keberatan saya ingin
mengajak nak Herman melihat kebun Pohon jati itu besok pagi”
“Apa pak Haji tahu letak kebun itu ?”
“Tentu saya tahu nak, kebun itu dulunya milik saya, tapi
karena almarhum ayah mu meminta dengan sangat, dengat sangat terpaksa saya
menjualnya”.
Arman menunduk semakin dalam.
Pagi-pagi sekali Arman sudah berangkat kerumah Haji
Muhidin. Demikian juga dengan haji Muhidin, sudah setengah jam ia duduk
diberanda tak sabar menunggu Arman muncul di depan rumahnya. Yang ditunggu
akhirnya muncul dengan keringat di seluruh tubuhnya dan semangat pagi terpancar
jelas dimatanya meski tak tampak senyum dipipinya. Begitu melihat Arman, Haji
Muhidin langsung memerintahkan pak Sudirman agar segera berangkat. Berangkatlah
ketiganya dengan mengendarai mobil Off Road.
Butuh waktu dua jam untuk sampai di kebun yang dipenuhi
dengan pohon jati yang berjejer, layaknya pilar-pilar yang kokoh pohon jati itu
tampak gagah mencengkram bukit. Kebun ini sebenarnya tidak terlalu luas, tapi
adanya pohon jati didalamnya yang notabene sudah berumur puluhan tahun membuat
kebun ini seperti tambang emas yang tak perlu gali lagi. Karena emasnya
terpampang jelas didepan mata.
“Tahukah kau nak Arman, satu batang pohon Jati ini
harganya tak kurang dari sepuluh juta rupiah ?”
Arman memandang wajah lawan bicaranya lamat-lamat. Sedang
Haji Muhidin pandai membaca wajah Arman yang keheranan seolah tak percaya apa
yang ia dengar. Haji Muhidin melepas senyum bijak pada wajah polos didepannya.
“Dan saya kira jumlah pohon jati di kebun kecil ini tidak
kurang dari empat ratus batang pohon, dan semunya berkualitas baik”
Keringat dingin mulai mengkristal di kening Arman,
pikirannya bekerja keras berusaha menghitung berapa kira-kira kekayaannya jika
kebun ini diuangkan.
“Kesuburan tanah kebun ini sungguh luar biasa, itu
sebabnya saya enggan menjual kebun ini kepada pak Dede, hingga kisah itu
terjadi”
Mata Haji Muhidin menerawang jauh ke masa lalu, sementara
pak Sudirman sibuk menyibak ranting pohon untuk membuat jalan dengan parangnya
yang panjang.
“Kisah apa itu pak Haji”
“Jika ada waktu dan kesempatan, saya akan menceritakan
kisah ini pada nak Arman. Sekarang cukup nak Arman tahu, alasan kenapa saya
rela menjual kebun ini kepada almarhum Ayah kau tidak lepas dari kisah itu”
Arman tidak serta merta membabat kebun itu untuk
menjadikannya kaya mendadak. Lagipula jumlah kambingnya kini sudah hampir cukup
untuk memenuhi janjinya pada Juragan Tukul. Di hari pertama ia mengetahui
keberadaan pohon jati itu ia hanya menjual satu pohon saja. Dan ia menerima
uang dua belas juta rupiah, uang itu ia bagi kepada adiknya Dewi Persik sebagai
orang yang berhak yang sudah menikah seminggu yang lalu. Lalu ia memberikan hadiah
kepada Haji Muhidin dan pak Sudirman masing-masing sepasang sepatu. Haji
Muhidin dan pak Sudirman langsung tertawa senang begitu memakainya. Tak lupa
Arman mengirimkan hadiah pada Ustad Solmed yang memberinya motivasi agar tetap
sabar menjalani masa-masa galau yang seolah tak kunjung usai, juga rahasia yang
merubah hidupnya seperti sekarang ini. Juga kepada om Dik Doang yang dengan
tulus merawat adik perempuan satu-satunya.
Sebulan kemudian, Arman menebang beberapa pohon lagi
sebagai mahar pernikahannya dengan sang kekasih Chelsea Olivia. Bertahun-tahun
hubungan asmara Arman dengan Chelsea Olivia dirundung masalah ekonomi hingga
hubungan mereka urung lanjut kepelaminan.
Satu tahun sebelumnya………………
Suatu sore, ditengah kegalauan yang memuncak, Arman
mendatangi ustad Solmed. Ustad solmed yang kebetulan lagi sendiri langsung
menyambutnya dengan ramah meski wajah tamunya kurang bersahabat.
“Wahai anak muda, ada kabar dahsyat apa yang membuatmu datang
kemari, sungguh tidak biasanya, ini sebuah kejutan yang patut dirayakan. Andai rakyatku
ada disini akan kuperintahkan mereka semua untuk membuat pesta demi menyambut
tamu istimewa ini. Sayang mereka sedang bekerja disawah masing-masing”
Pujian ustad Solmed tak sedikitpun membuat wajah Arman
berubah.
“Aku tak membawa kabar apa-apa, aku hanya ingin bertanya”
“Silahkan kau tanyakan, segala persoalan akan saya
usahakan”
Ustad Solmed duduk bersila sambil mengelus dada.
“Kenapa Tuhan menciptakan siang dan malam, panas dan
dingin, suka dan benci, kaya dan miskin, lelaki dan wanita dan kenapa….”
Hening, suara Arman tercekat, ia menunduk dalam. Sedang
ustad solmed memandang lelaki didepannya entah dengan perasaan bagaimana.
“Kenapa Tuhan menciptakan perasaan diantara keduanya”
“Maksudmu diantara lelaki dan perempuan ?”
Dengan pandangan yang masih melekat ke lantai, Arman
mengangguk.
“Tidakkah kau senang dengan perasaan itu anak muda ?”
Arman mengangkat kepalanya, ia sepertinya kaget. Tak
menduga pertanyaan semacam itu dilemparkan kepadanya. Dan tentu saja ia tak
tahu bagaimana hendak menjawabnya.
“Tidakkah ia juga senang dengan perasaan itu ?”
Arman memandang ustad Solmed lamat-lamat, tak mampu ia
menyembunyikan rasa heran pada orang yang seakan tahu tentang masalah yang
membebaninya. Dan memang ustad Solmed tahu meski tidak begitu detil karena
hanya Tuhan yang tahu segalanya, sedetil-detilnya.
---------------
Chelsea Olivia adalah kembang desa yang di taksir Arman
semenjak ia bekerja pada Juragan Tukul Arwana. Chelsea Olivia sendiri tidak
lain dan tidak bukan adalah putri pertama dan terakhir Juragan Tukul. Karena
hubungan Arman dengan Chelsea terendus Oleh Juragan kain batik itu, Arman tak
sempat merayakan ulang tahun pertamanya sebagai kuli batik milik Juragan Tukul.
Ia dipecat di bulan ke tujuh. Ia dipecat secara tidak hormat. Ia dipecat karena
sudah berani memacari anak Juragan sendiri.
“Sungguh lancang” Bentak Juragan Tukul penuh amarah
Sejak saat itu Juragan Tukul membawa putrinya jauh dari
desa. Ia menitipkan Chelsea pada saudaranya yang tinggal di Medan. Arman dan
Chelsea berhasil dipisahkan. Tapi hanya raga mereka yang berpisah, hati
keduanya tetap terpaut. Dan justru karena hati mereka masih terpaut diri dua
muda mudi yang dimabuk asmara itu sering menderita karena rindu. Arman yang
sejak kecil sudah bernasib malang, keinginan bertemu dengan kekasih tercinta
membuatnya semakin merana.
Chelsea mendapatkan gelar S1-nya di Universitas Sumatera
Utara (USU) empat tahun kemudian. Lalu pulanglah ia ke desa. Kabar itu disambut
riang gembira oleh Arman. Dan entah keberanian apa yang membawanya datang tanpa
membawa apa-apa ke rumah Juragan tukul. Ketika ditanya ia menjawab maksud
kedatangannya ingin melepas rindu dengan putri Juragan yang ia cintai sepanjang
zaman. Kata Arman lagi, disaksikan oleh keluarga besar Chelsea Olive ia ingin
melamar putri pengusaha kain batik itu. Juragan tukul tak kuasa menahan diri
demi mendengar kalimat Arman. Juragan batik bertubuh tinggi dan berambut cepak
itu tertawa terbahak-bahak disamping istri dan anaknya. Sejurus kemudian ia terdiam,
ia memandang Arman dengan pandangan merendahkan.
“Begini saja, aku akan membiarkan kau menikahi putriku
dengan syarat….”
Juragan Tukul terdiam lagi, hening, semua orang menunggu
kata-kata Juragan Tukul selanjutnya.
“Kau harus memberi mahar yang layak untuk putriku, yakni
dua puluh empat gram emas dua puluh empat karat. Selain itu kau harus bisa
membuat pesta yang meriah jangan sampai aku malu pada kolega-kolegaku dari
Kota, paling tidak kau harus menyediakan tiga ekor kerbau. Bagaimana ? ah sudahlah,
saya tak ingin membebanimu dengan pekerjaan yang hanya bisa kau lakukan dalam
hayal Ha...”
“AKU SANGGUP”
Teriak Arman lantang membuat Juragan Tukul tercekat
tawanya. Tawa yang tercekat itu rasanya seperti menelan duri ikan bagi Juragan
Tukul. Kumisnya bergetar hebat, sebenarnya bibirnya yang membuatnya demikian.
Mata merahnya mengawasi punggung Arman yang sudah berbalik arah meninggalkan
tempat itu.
---------------------
Ustad Solmed memberikan tujuh rahasia agar Arman bisa
menyanggupi persyaratan yang diberikan Juragan Tukul. Namun pertama sekali
Ustad Solmed meminta Arman berjanji agar selalu memelihara sholat. Selanjutnya
Ustad solmed memberitahu Arman satu kunci yang harus ia pegang kuat-kuat yakni
Sabar. Kemudian Ustad Solmed memotivasi Armad lewat kisah orang sholeh yang
sukses di jamannya seperti kisah nabi Yusuf ‘Alaihissalam. Kisah Nabi Yusuf
ketika kecil tidaklah jauh berbeda dengan Arman. Saudara nabi Yusuf yang berjumlah
sepuluh orang membuang nabi Yusuf kedalam sumur. Alhamdulillah Tuhan Yang Maha
Pemurah menyelamatkan nabi Yusuf dari maut. Seseorang menemukan nabi Yusuf
didalam wadah air saat menarik wadah air tersebut dari dalam sumur. Selanjutnya
nabi Yusuf dijual hingga ia jauh dari ayahnya nabi Yaqub.
Dan tibalah saatnya Ustad Solmed membeberkan rahasia itu.
Rahasia pertama adalah amalan berbakti kepada kedua orangtua, agar rezeki dan
kesuksesan bisa diraih. Rahasia kedua adalah amalan Sholat Tahajjud, agar do’a
mudah sampai kepada Allah. Rahasia ketiga adalah amalan Sholat Dhuha, agar
rezeki yang didapat menjadi berkah. Rahasia keempat adalah amalan Membaca Surat
Al-Waaqi’ah, agar pintu kekayaan terbuka luas. Rahasia kelima adalah amalan
Puasa Senin-Kamis, agar rezeki datang segera. Rahasia keenam adalah amalan
Sedekah, agar rezeki berlipat ganda. Rahasia terakhir adalah amalah
silaturahim, atau menjaga hubungan baik dengan keluarga dan saudara sesama
muslim, agar pintu rezeki terbuka dan umur bertambah.
Begitulah Arman Maulana memperbaiki sholatnya,
mengamalkan semua amalan dengan tertatih-tatih. Akan halnya amalan berbakti
kepada kedua orang tua, Ustad Solmed menganjurkan agar selalu mendo’akan kedua
orang tua Arman Maulana. Bila Arman lelah dan bosan, kisah nabi Yusuf cukup
sebagai penghiburnya. Dan ia selalu ingat, kunci yang harus ia pegang kuat-kuat
yaitu Sabar.
Setahun berlalu, hari-hari terasa begitu cepat bagi
Arman. Sebenarnya ia masih bisa menunggu satu sampai dua tahun lagi untuk
memenuhi janjinya pada Juragan Tukul sambil mengumpulkan kambing-kambingnya
yang semakin hari semakin giat berkembang biak. Saking banyaknya
kambing-kambing itu Sampai-sampai ia tidak lagi mampu mengurusnya sendiri tidak
juga berdua melainkan berlima. Satu pengembala membawa 42 ekor kambing. Tapi
disinilah ia sekarang, diantara ratusan pohon jati yang tingginya bagai
menjulang langit. Satu dua batang pohon telah berhasil ia tebang sebagai mahar
sekaligus untuk memenuhi janjinya pada Juragan Tukul. Sebentar lagi Arman akan
segera tahu buah kesabaran itu begitu manis rasanya.
Tapi cerita ini cukup disini saja, biar jodoh Arman tetap
menjadi rahasia Tuhan. Kita cukup tahu bagaimana sekarang kehidupan pemuda desa
berumur kepala tiga itu. Lagipula Arman sendiri sudah melupakan masa galaunya,
seolah tak pernah terjadi dikehidupannya. Kini ia lebih pandai memaknai hidup,
semakin bersyukur semakin murah rezekinya. Akan halnya dengan Chelsea Olivia,
ia sepenuhnya menyerahkan semuanya kepada Yang Maha Kuasa. Meski mahar itu kini
ada ditangannya dan saat-saat itu terasa begitu dekat olehnya. Ia hanya
meyakini satu hal, apa saja yang akan terjadi esok hari, akan tetap manis bagi
dirinya. Bagi imannya. Selesai............................
0 Komentar
Penulisan markup di komentar