Sherina Resign

07.30
Untuk menulis satu huruf saja kadang rasanya seperti ingin mengucapkan cinta didepan gadis cantik, didepan hidungnya persis. Ide itu seperti hidayah kalau dipikir-pikir, kalau lagi insyaf ya sholat kalau lagi kumat ya jadi penjahat. Itu ide kalau dipikir-pikir, kalau tidak dipikir-pikir mungkin tidak akan seperti apapun. Padalah sang maestro Pramudya Ananta Toer pernah bilang : 
sherina resign

Tulisan itu seperti tali, ia mampu mengikat sejarah. 
Bahkan ia mampu bertransformasi menjadi sejarah itu sendiri dan memasukkan sejarah baru kedalamnya. Beda sekali dengan iklannya Joshua : Masa jeruk minum jeruk ?

Sherina sebenarnya sadar betul deadline yang diberikan oleh atasannya Rafi Ahmad tinggal beberapa hari lagi. Namun apa daya, sejak tugas itu diberikan kepada Sherina dua minggu yang lalu tak seekor pun burung ide hinggap di kepalanya. Jangankan hinggap melintas pun tidak. Dan untuk yang kesekian kalinya Rafi mengingatkan “Sherina! Kapan tulisan kamu selesai?” sambil menunjuk-nunjuk jam tangan mewahnya. Dan untuk kesekian kalinya Sherina hanya bisa menjawab “I.. iya pak, saya sedang berusaha” tak mau kalah dengan atasan sendiri Sherina pura-pura sibuk mencari referensi menggunakan smartphone terbaru miliknya : Lenovo Vibe K4 Note.

Tiba dirumah Sherina berjalan gontai, ia membuka pintu rumah dengan setengah hati. Adipati Dolken suaminya, sudah menunggu di kamar. Seperti biasa, laki-laki tampan mirip pemain film itu tiduran dikasur sambil membaca buku. Dari cover depannya mudah ditebak itu buku apa, novel. Judulnya : Ayat-ayat Cinta 2. Sherina melemparkan tasnya kesembarang tempat, lalu menjatuhkan diri diatas kasur. Sedang kepalanya bersandar diatas dada suaminya, matanya menatap jauh menembus plafon dan genteng rumah mereka. Adipati Dolken membiarkan istrinya asik dengan lamunannya, sementara ia sendiri asik dengan novel ditangannya. Ia tengah membaca bagian paling asik dari cerita itu yaitu :
Saat keluarga Maria mengajak Fahri dan anak satu kosan makan malam di restoran dekat sungai Nil untuk merayakan ulang tahun Madame Nahed istri Tuan Boutros orang tua Maria.

“Kang Mas Adipati..” Sherina sengaja menyebut nama suaminya dengan takjim untuk merebut perhatian suaminya itu.
“Ada apa Sherina Munaf belahan jiwaku” Jika suaminya menjawab demikian tandanya ia berhasil.
“Aku ada sedikit masalah Mas” ucap Sherina manja sambil menggelayutkan kepalanya diatas bahu suaminya.
“Masalah apa sayang ? katakana saja, kamu tahu kan aku punya kantong ajaib”
“Maaass.. aku serius”
“iya sayaaang, aku tahu kamu serius. Makanya aku bercanda supaya kamu tidak terlalu serius” Adipati menjewer hidung istrinya manja. Sherina tersenyum senang.
“Aku ada masalah kerjaan Mas, Tugas Cerpen yang diberikan atasanku pak Rafi Ahmad belum juga rampung padahal deadlinenya besok..”
“Hah.. besok!”
“Lusa..”
“Maksud kamu besok lusa sayang ku?”
“Iya, kenapa Mas jadi panik sampai gigit bantal segala”
Sebelum menjawab Adipati sudah melempar bantal dari mulutnya.

“Ti.. tidak sayang, aku hanya sedikit khawatir dengan karir kamu” senyum sepuluh detik, lalu sedih
“Kenapa Kang Mas tiba-tiba care dengan karir aku, bukannya selama ini Mas ingin aku diam di rumah mengurus rumah saja ?” tatapan Sherina pada suaminya kali ini adalah tatapan menduga-duga dicampur sedikit rasa tak percaya lebih tepatnya sedikit aneh.
“Sayang, kebutuhan hidup sekarang ini menjalar kayak ubi jalar dan merambat kayak ubi rambat. Sementara harga tak pernah mau kalah dengan Monas, maunya tinggiiii saja. Parahnya lagi, gaji tampak seperti melorot, kayak kolor lepas karetnya. Masih mendingan pemain iklan susu tumbuhnya kesamping, lah, gaji kita tumbuhnya ke bawah..”
“So…”
“I need you to help us honey, kita berdua harus tetap berkarir supaya tetap bisa bertahan hidup di tengah kota yang serba mahal ini”
Sherina merasa pendapat suaminya yang barusan ia dengar sedikit berlebihan. Dengan perasaan yang masih tak percaya ia berpendapat : pasti ada alasan lain, dan yang baru saja ia dengar hanyalah pengalihan. Dirumah ini ekonomi tak pernah dipermasalahkan semenjak mereka menikah dua tahun yang lalu dan setidaknya hingga saat ini. Alih-alih bertanya lebih lanjut, Sherina lebih memilih kembali ke topik awal.
“Jadi Mas mau membantuku ?”
“Ini aku Doraemon, aku akan selalu membantumu Nobita..” Suara Adipati sama sekali tidak mirip Doraemon. Padahal ia sudah berusaha keras, tapi suaranya memang terlalu tinggi mirip kucing ditimpa blender.
“Bantu aku dong Mas, jangan bercanda terus..” Di tengah keseriusan wajah Sherina Munaf tampak merona, cantik sekali.

“Hmm, bagaimana ceritanya engkau terdampar di hutan ini nona, mari kuantar pulang ke rumah” Kali ini Adipate Dolken meniru peran Si Buta dari Gua Hantu, ia pura-pura buta, pura-pura memegang tongkat juga pura-pura memiliki monyet di bahunya. Aktingnya oke, kecuali saat mengelus monyet, lebih terlihat seperti menggaruk kepala. Kalau saja ia mengelus monyet sambil jongkok, yang terlihat bukan lagi si Buta dari gua hantu melainkan Tarzan nyasar ke kamar kembang desa.

Sebenarnya tingkah Adipati yang demikian bukan tanpa alasan, sebagai seorang suami dari seorang pekerja seni tepatnya penulis fiksi, Adipati  memiliki cara unik untuk meretas kebuntuan istrinya. Tentu saja Adipati tidak serta merta memahami Sherina yang cenderung menggunakan otak kanan sementara Adipati sendiri yang notabene adalah ahli mesin tentu lebih sering menggunakan otak kiri. Tolak menolak sering terjadi hingga akhirnya saling menerima. Banyak jalan setapak yang sudah ditempuh, hingga akhirnya bertemu dan berada di satu jalan.

“Aha, aku punya ide!” suara Sherina riang
“Benar kah..” Adipati meloncat menatap Sherina, tak kalah riang
Hening..tik.tok.tik.tok. cukup lama, sampai suara jam dinding jelas ditelinga. Adipati menunggu dengan wajah sabar dan mata berbinar.
“Aku resign”
Kembali hening. Lebih lama lagi, sampai buku ditutup, lampu dimatikan dan tak ada percakapan sampai esok pagi.

Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar

Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
  • © 2015 Simple SEO ✔