Kabar Baik Buat Perokok Harga Rokok 50.000 Per Bungkus

06.28
Ada dua kata yang apabila dibahas tidak akan ada habisnya, dua kata itu apalagi kalau bukan cinta dan rokok. Menariknya dua kata ini sama-sama terdiri dari lima huruf. Dan keduanya sama-sama nikmat setidaknya menjanjikan kenikmatan setuju ? tapi awas selalu ada jurang dibalik indahnya bukit, siapa berani jatuh cinta harus hati-hati dengan patah hati. Siapa berani merokok harus berani bertemu mati, berlebihan ? mungkin iya terutama bagi perokok yang sudah menikmati nikmatnya candu yang masuk ke paru-paru dan rasa bangga sebagai laki-laki ketika asap keluar dari hidung. Padahal seorang perokok saat asap keluar dari hidungnya jika bayangannya tertangkap pada dinding ia tidak lebih seperti banteng kurus lagi mengamuk. Bukan banteng Spanyol nan gagah, tapi banteng kurus yang hampir lupa rasa nikmat rumput hijau.

Iklan Rokok Vs Iklan Anti Rokok

Berlebihan memang karena tidak ada orang hari ini merokok besoknya mati. Jadi iklan rokok yang memasukkan unsur kematian saya rasa memang berlebihan. Perokok yang rata-rata berusia remaja – dewasa tak mudah ditakut-takuti dengan kematian apalagi penyakit. Seharusnya iklan anti rokok lebih kreatif daripada iklan rokok. Pembaca tahukan iklan rokok di televisi sekarang ini sudah menguasai pola pikir masyarakat bahwa merokok itu keren, cool, setia kawan, mandiri, apa lagi ? iklan anti rokok harus bisa juga bahkan harus lebih kreatif misalnya : pasangan suami istri akhirnya naik haji setelah suaminya berhenti merokok atau seorang pemuda bukan perokok berwajah pas-pasan menikah dengan wanita cantik mirip Chelsea Island. Itu kan keren. Sangat memotivasi. Tapi sekali lagi itu, seharusnya. Toh sampai saat ini pemerintah masih enggan mengeluarkan uang untuk  membuat iklan masyarakat semacam itu.

Mengajak masyarakat berhenti merokok dengan mengharuskan perusahaan rokok menampilkan gambar seram pada bungkus rokok terbukti tidak efektiv. Buktinya pemilik usaha rokok tetap punya uang banyak untuk membuat iklan keren di televisi dan banner besar di perempatan jalan, jalan tol, jalan kota, dan ditempat strategis lainnya. Alasannya itu tadi para perokok ini tidak bisa ditakut-takuti dengan hal-hal semacam itu bahkan misalkan pemerintah menyuruh perusahaan rokok menempelkan gambar seorang kakek meregang nyawa sementara tangannya memegang rokok pada bungkus dagangan mereka saya ragu konsumen enggan membeli rokok. Yang ada paling bungkus rokok itu ditempel gambar artis kalender berbikini atau setidaknya pakai rok mini. Satu hal yang mungkin harus kita sadari benar orang-orang yang kita hadapi ini adalah pecandu, pecandu rokok. Seorang pecandu meskipun pecandu rokok tetaplah namanya seorang pecandu. Sekali lagi : Pecandu!

Isu yang merebak sekarang ini adanya wacana pemerintah menaikkan harga rokok sebesar 150%.  Harga rokok yang tadinya berkisar antara 12.000 – 20.000 akan naik menjadi 50.000!!! wow. Misalkan benar terjadi saya tidak keberatan keliling GBK satu putaran sambil gendong jokowi. Masalahnya ide ini meski sebagian masyarakat menyambut dengan nada setuju tidak sedikit pula yang pesimis bahkan ada juga yang berani mengatakan ini cuma OMDO, omong doang. Jadi sekali lagi para perokok tidak terlalu risau dengan issu macam begini. Mereka, para perokok itu hanya menyikapi berita itu dengan senyum yang mengambang dan asap rokok yang menggulung memenuhi langit-langit kamar. Menariknya bukan hanya perokok saja yang menganggap berita kenaikan harga jual rokok ini sebagai angin lalu, orang yang bukan perokok juga meski mereka setuju tapi soal apakah akan benar jadi kenyataan hanya sedikit keyakinan mereka. Hal ini bisa dimaklumi mengingat ini rencana pemerintah bukan rencana Tuhan yang niscaya.

Andai Benar Harga Rokok Naik 50 Ribu

Sedia payung sebelum hujan, sebelum harga rokok naik masyarakat sudah siap sedia dengan segala kemungkinannya. Ada yang terang-terangan akan berhenti merokok seandainya harga sebungkus rokok 50.000 atau setidaknya menghemat dari yang tadinya beli perbungkus jadi beli per batang. Ada yang melirik alternatif lain seperti tembakau gulungan, rokok elektrik, rokok kawung, kecubung, dll. Ada juga yang sudah berani berspekulasi dengan menimbun komoditi ini untuk mendapatkan keuntungan berlipat ganda. Rentetan
harga rokok naik 50 ribu meme
Rokok 1 Bungkus 50.000 Bos!
asumsi mulai bertebaran bagai buah dukuh tumpah dari keranjang. Asumsi yang paling sering saya lihat adalah banyaknya penganguran dan kriminalitas semakin meningkat. Ada juga yang berasumsi akan ada rokok oplosan seperti dari jenggot jagung atau dari daun singkong atau biji ketumbar, ada-ada aja ya. Akan terjadi efek domino contohnya kenaikan harga rokok akan disusul harga komoditi lain sembako misalnya. Ada juga yang bilang nilai puntung rokok akan naik seperti yang sempat heboh pada tahun delapan puluhan. Akan banyak rokok ilegal. Rokok kw mendominasi pasar.

Diluar asumsi ada juga berbagai solusi yang patut dipertimbangkan. Misalnya harga rokok naik menjadi 50.000 terus tidak boleh dijual eceran atau perbatang untuk memangkas perokok dikalangan pelajar dari sekolah dasar - mahasiswa. Aturan tidak merokok ditempat umum agar dipertegas, misalnya jika kedapatan merokok ditempat publik identitasnya di stamp atau simnya ditahan, dsb. Cukainya yang dinaikkan bukan harga rokok, karena pemerintah tidak bisa mengatur harga komoditi non sembako. Agar diberikan sosialisasi lebih dulu karena hukum di Indonesia menganut asas fictie. Kalau mau menaikkan harga rokok jangan tanggung-tangung 100.000 sebungkus.

Sebuah pertanyaan yang mungkin sulit dijawab pemerintah, jika benar harga rokok 50.000/bungkus lalu pada siapa uang itu akan berlabuh pada perusahaan rokok atau pada pemerintah ?

Saya juga pernah merokok bahkan waktu masih SMP saya sudah merokok tapi hanya ikut-ikutan sama dibeliin teman. Dan sekarang setelah belasan tahun saya sudah lupa gimana rasanya merokok apakah masih seperti dulu atau sudah berubah ? Tapi benar kata sebagian orang, rokok hanyalah salah satu dari penyebab buruknya kondisi kesehatan manusia di jaman ini diluar rokok masih ada junk food, gaya hidup yang buruk, dan lingkungan yang buruk. Dengan kata lain rokok bukanlah penentu seseorang akan masuk neraka atau tidak namun demikian seorang perokok juga harus mengerti makna toleransi. Merokok di tempat umum hendaknya dihindari apalagi disana ada bayi dan balita, ada ibu hamil, ada orang yang mengidap penyakit asma dsb, kan kasihan.

Ada pendapat yang mengatakan rokok adalah tradisi yang membudaya, yang ini pun saya tidak dapat menyangkalnya. Di kampung saya, rokok ini sudah semacam simbol pergaulan dan komoditas wajib pada setiap acara. Jadi kalau hendak mengadakan acara tahlilan, hajatan, sunatan, kawinan, atau apapun satu dua slop rokok harus ada, mereknya pun harus di campur karena selera majelis beda-beda, ada yang suka rokok kretek ada yang memilih rokok filter. Dalam pergaulan, jangan harap suasana bisa cair kalau sebungkus rokok belum keluar dari kantong. Orang perantau yang tidak tahu adat ini akan dikucilkan, serius.
Tapi sekali lagi tradisi seperti itu bukanlah trandisi yang patut di lestarikan, bukan juga tradisi yang bisa dibanggakan bagi anak cucu.

Btw, presiden Jokowi merokok tidak ya ?




Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar

Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
  • © 2015 Simple SEO ✔